Yak Kali ini saya akan menyampaikan kepada anda contoh contoh syair... seperti syair

Contoh Syair Nasihat

 

 [1]
Inilah gerangan suatu madah
mengarangkan syair terlalu indah,
membetuli jalan tempat berpindah,
di sanalah i’tikat diperbetuli sudah
Hamzah Fansuri menjelaskan bahwa syairnya berisikan sebuah nasehat. Yaitu bagaimana caranya menjalani kehidupan yang hanya sementara ini.
 
[2]
Wahai muda kenali dirimu,
ialah perahu tamsil tubuhmu,
tiadalah berapa lama hidupmu,
ke akhirat jua kekal diammu.
Pada bait kedua ini, Hamzah Fansuri meminta para pemuda pemudi untuk memahami hakikat diri sebenarnya. "Kenali dirimu" katanya.

Diri ini laksana perahu. Ia akan berjalan menuju ke suatu tujuan tertentu.

Lalu ke mana tujuan kita? Yakni ke akhirat. Akhiratlah tempat kekal untuk selama-lamanya. Sedangkan kehidupan di dunia ini tidaklah lama. Hanya sesaat saja.
  
[3]
Hai muda arif-budiman,
hasilkan kemudi dengan pedoman,
alat perahumu jua kerjakan,
itulah jalan membetuli insan.
Bait ke-tiga ini, Hamzah Fansuri menasehati agar manusia menyiapkan segala sesuatu agar perahu (diri kita sendiri) melaju dengan lancar.

Agar perahu tidak mengalami masalah selama perjalanan menuju dunia yang kekal.

Dengan persiapan itu, maka kita akan mudah mencapai tujuan.
[4]
Perteguh jua alat perahumu,
hasilkan bekal air dan kayu,
dayung pengayuh taruh di situ,
supaya laju perahumu itu
Bait ke-empat ini merupakan kelanjutan dari bait ke-3. Isinya masih mengenai nasehat agar kita memperkuat segala hal yang berkaitan dengan perahu.

Maknanya: kita harus mempersiapkan diri dalam perjalanan dalam menggapai keindahan akhirat.

"Perteguh juga alat perahumu," kalimat ini bermakna bahwa perahu tidak akan sampai ke tujuan tanpa adanya perbekalan.
  
[5]
Sudahlah hasil kayu dan ayar,
angkatlah pula sauh dan layar,
pada beras bekal jantanlah taksir,
niscaya sempurna jalan yang kabir.
Setelah semua perbekalan kita siapkan, maka langkah selanjutnya adalah melangkahkan kaki menuju tujuan.

Hamzah Fansuri mengisyaratkan dengan kata-kata, 'Angkatlah sauh dan layar."

Dengan mengangkat sauh dan layar berarti perahu pasti melaju.
[6]
Perteguh jua alat perahumu,
muaranya sempit tempatmu lalu,
banyaklah di sana ikan dan hiu,
menanti perahumu lalu dari situ.
Pada bait ke-enam, penyiar mulai mengingatkan kita bahwa dalam beribadah pastilah banyak godaannya.

Oleh karena itu, sebelum semakin jauh perjalanan ini, persiapkan diri agar selalu tegar menghadapi berbagai godaan.

Penyair menggunakan pengibaratan yaitu, "banyaklah di sana ikan dan hiu."

Ikan merupakan simbol dari godaan; godaan yang dapat menggelincirkan hati dari niat ikhlas beribadah kepada Allah.

Sedangkan kata "hiu" merupakan simbol bahwa dalam beribadah pasti ada halang rintangan. Akan ada orang-orang yang tidak suka.

Akan ada orang-orang yang menghalangi kita dalam berjuang menegakan agama.

Jadi ada dua rintangan besar dalam berjuang meraih keridhaan Allah:

Pertama, godaan dari dalam.

Kedua, rintangan dari luar.

Godaan dari dalam adalah segala sesuatu yang biasanya disukai oleh hawa nafsu. Misalnya rumah, pekerjaan, anak-anak, simpanan, emas perak...

Sedangkan rintangan dari luar adalah segala sesuatu dari luar yang menghalangi peribadahan.

Misalnya ancaman para penguasa, cemoohan orang-orang munafik, dan kesulitan yang ditumbulkan oleh musuh-musuh kebajikan

[7]
Muaranya dalam, ikanpun banyak,
di sanalah perahu karam dan rusak,
karangnya tajam seperti tombak
ke atas pasir kamu tersesak.


Hanya sedikit orang-orang yang sampai ke tujuan, yakni tujuan manusia diciptakan.

Kenapa hanya sedikit? Karena mereka gagal dalam menghadapi berbagai godaan dan rintangan.

Hamzah Fansuri mengatakan bahwa muaranya dalam, ikan banyak. Di sanalah perahu karam dan rusak. 

Maksudnya banyak dari manusia yang gagal dalam menghadapi godaan hidup. Misalnya tergoda oleh wanita, harga, dan tahta.

Lalu adanya juga yang kalah dalam perjuangan melawan penindasan. Beliau menjelaskannya lewat kata-kata, karangnya tajam seperti tombak.

Karang adalah batu keras. Dan jika tajam, maka perahu dapat rusak olehnya. Bocor lalu tenggelam.

Maknanya adalah sebagai seorang yang ingin mendapatkan keindahan surga, jangan sampai kalah oleh ancaman apapun dalam beribadah.

Bilal adalah salah satu contoh orang yang berani menghadapi ancaman.

Beliau disiksa, dicambuk, ditindih dengan batu panas di gurun pasir. Tetapi beliau tetap teguh demi meraih kebahagiaan abadi.

Pada bait-bait selanjutnya dalam syair perahu,  Hamzah Fansuri akan menjelaskan godaan rintangan dan cara menghadapinya.

[8]
Ketahui olehmu hai anak dagang
riaknya rencam ombaknya karang
ikanpun banyak datang menyarang
hendak membawa ke tengah sawang.

Bait ke-8 memiliki makna bahwa selama perjalanan menuju negeri akhirat yang kekal abadi, kita dihadapkan kepada segala seuatu yang bisa meruntuhkan tekad.

Godaan yang tiada henti-hentinya bertujuan agar kita manusia akhirnya tenggelam; tenggelam dalam kehidupaan sesaat di dunia ini.

Lalu di akhirat kita tidak memiliki apapun juga.

Kita akhirnya menyesal. Hidup yang hanya sebentar ini ternyata hanya untuk membeli siksaan kekal abadi di akhirat.

Padahal seharusnya kehidupan yang sebentar ini dapat kita jadikan untuk membeli surga, tentu saja dengan amal kebajikan.

[9]
Muaranya itu terlalu sempit,
di manakan lalu sampan dan rakit
jikalau ada pedoman dikapit,
sempurnalah jalan terlalu ba’id.

Untuk mengatasi berbagai rintangan, maka kita harus memiliki pedoman atau petunjuk dalam meraih ridha Illahi.

jikalau ada pedoman dikapit, sempurnalah jalan terlalu ba'id.

Itulah kata-kata yang menjelaskan agar kita selalu berpegang teguh pada petunjuk dalam mengarungi perjalanan yang ba'id, perjalanan yang jauh.

Apa pedoman atau petunjuk agar kita selamat badan di dunia dan di akhirat? Beliau menjelaskannya pada bait-bait selanjutnya.

Tetapi,

Sekarang kita ambil contoh syair nasihat lagi. Yakni syair nasihat anak-anak dari Ali Haji.


Sumber : SyairkoTM

 



No comments:

Post a Comment